Pelabuhan Kamal sudah dioperasikan sejak pemerintahan kolonial Belanda. Pelabuhan Kamal mencapai puncak kejayaanya pada tahun 2000 an dangan memiliki 18 armada kapal. Ramainya penumpang menciptakan banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar pelabuhan, dan menjadikan Kamal sebagai pusat perekonomian di Kabupaten Bangkalan. Namun eksistensi pelabuhan Kamal menurun, sejak dioperasikan jembatan Suramadu. Pengoperasian jembatan Suramadu, memberikan besar bagi PT ASDP sebagai pengelola transportasi kapal penyeberangan serta bagi masyarakat di sekitar pelabuhan. Sehingga pelabuhan Kamal yang awalnya menjadi pusat perekonomian, saat ini menjadi mati suri.
Berdasarkan konteks diatas, penelitian dilakukan untuk menjawab beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1) Bagaimana kondisi transportasi kapal penyeberangan di pelabuhan Kamal-Ujung Kabupaten Bangkalan tahun 2004-2018?, 2) Mengapa Sarana Transportasi kapal penyeberangan di Pelabuhan Kamal Ujung Kabupaten Bangkalan mengalami kemerosotan?, 3) Bagaimana dampak berdirinya jembatan Suramadu terhadap merosotnya transportasi kapal penyeberangan di Pelabuhan Kamal-Ujung Kabupaten Bangkalan tahun 2004-2018?. Penelitian yang dilakukan penulis, menggunakan metode penelitian sejarah yaitu dengan 4 tahap, heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dioperasikannya jembatan Suramadu memberikan dampak buruk bagi kegiatan ekonomi di sekitar pelabuhan Kamal. PT ASDP mengalami kerugian yang cukup besar karena penurunan penumpang yang awalnya mencapai 9,338,545 jadi 2,190,474 pada tahun 2018, hingga melakukan pengurangan jumlah armada kapal yang semula 18 kapal sekarang jadi 3 kapal, jam operasional yang awalnya 24 jam jadi 16 jam, dan fasilitas lainnya. Sedangkan bagi masyarakat sekitar, sepinya penumpang kapal mematikan sejumlah mata pencaharian yang ada. Sehingga banyak diantara mereka yang bermata pencaharian di sekitar pelabuhan melakukan alih profesi, pindah tempat bekerja, hingga ada yang jadi TKI.
Kata kunci : Pelabuhan Kamal, Kapal Penyeberangan, Jembatan Suramadu
Kamal Port has been operated since the Dutch colonial government. Port Kamal reached its peak in 2000 and has 18 fleets. Crowds of passengers create a lot of jobs for the people around the port, and make Kamal the economic center in Bangkalan Regency. But the existence of the port of Kamal has declined, since the operation of the Suramadu bridge. The operation of the Suramadu bridge provides a large amount for PT ASDP as the manager of ferry boat transportation as well as for communities around the port. So that the port of Kamal, which initially became the center of the economy, is now in a state of suspended animation. Based on the above context, the research was carried out to answer the following problem formulations: 1) What are the conditions for crossing ship transport in the Kamal-Ujung port of Bangkalan Regency in 2004-2018? , 3) What is the impact of the establishment of the Suramadu bridge on the decline of ferry crossing transportation at Kamal-Ujung Port in Bangkalan Regency in 2004-2018 ?. Research conducted by the author, using historical research methods, namely with 4 stages, heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The results showed that the operation of the Suramadu bridge had a negative impact on economic activities around the port of Kamal. PT ASDP suffered a significant loss due to a decrease in passengers which initially reached 9,338,545 to 2,190,474 in 2018, to reduce the number of vessels which had originally been 18 ships to 3 ships, operating hours which were originally 24 hours to 16 hours, and other facilities. As for the surrounding community, the lonely passenger of the ship turns off a number of existing livelihoods. So that many of them who make their living around the port do profession transfers, move to work places, until someone becomes a migrant worker.
Keywords: Kamal Port, Ferry Boat, Suramadu Bridge