Semiotika Pertunjukan Jaranan Pegon di Trenggalek (Kajian Kotekstual dan Kontekstual Marco de Marinis)
Semiotics of Performance Jaranan Pegon in Trenggalek (Cotextual and Contextual Study of Marco de Marinis)
ABSTRAK
Sugiarto, Mellany Octa Salsabila. 2024. Semiotika Pertunjukan Jaranan Pegon di Trenggalek (Kajian Kotekstual dan Kontekstual Marco de Marinis). Program Studi Pendidikan Seni Budaya. Universitas Negeri Surabaya. Pembimbing (1) Dr. Setyo Yanuartuti, M.Si, Pembimbing (2) Dr. I Nengah Mariasa, M.Hum.
Kata Kunci: Jaranan Pegon Trenggalek, Semiotika Pertunjukan, Kode, Kotekstual, Kontekstual
Penelitian ini menganalisis pertunjukan Jaranan Pegon di Trenggalek dengan merujuk pada semiotika pertunjukan analisis kotekstual dan kontekstual. Penelitian ini bertujuan untuk menyampaikan beberapa hal diantaranya, (1) menganalisis makna Jaranan Pegon di Trenggalek dalam kotekstual pertunjukan, (2) menganalisis makna Jaranan Pegon di Trenggalek dalam konteks pertunjukan, (3) menganalisis makna Jaranan Pegon di Trenggalek dalam konteks budaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi dengan teori semiotika pertunjukan Marco de Marinis.
Hasil dan pembahasan penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kode pertunjukan dalam menginterpretasikan sebuah makna. Kode pertunjukan terdiri atas kode umum, kode khusus, dan kode khas yang dapat berupa warna, bentuk, ukuran, serta ragam dari teks pertunjukan. Makna Jaranan Pegon pada kotekstual pertunjukan terdapat pada aspek internal teks pertunjukan. Aspek internal meliputi sesajen, prenthul lanang wadon, jaranan, celengan, barongan dan iringan. Makna dari pertunjukan Jaranan Pegon sebagai ajaran dan keselarasan hidup yang berdampingan dengan berbagai makhluk. Makna kotekstual pertunjukan hadir dalam kesederhanaan melalui setiap gerakan, unsur, alur penyajian, dan iringan yang digunakan.
Kontekstual sebagai aspek eksternal membahas mengenai konteks pertunjukan dan konteks budaya. Pada konteks pertunjukan, Jaranan Pegon erat kaitannya dengan penonton dimana tidak hanya hadir sebagai penikmat tetapi juga memberikan respons terhadap pertunjukan. Dalam situasi tertentu penonton juga dapat ndadi bersama penari Jaranan Pegon melalui proses yang dinamakan nyetrum. Pada konteks budaya, Jaranan Pegon sebagai pertunjukan yang digunakan sebagai media dalam ritual bersih desa Sumbergedong. Prosesi jamasan barongan terhadap barongan Mega Mendung dilakukan sebagai ritual untuk berkomunikasi dengan danyang ketika penari barongan dalam keadaan ndadi. Pada konteks non-budaya pertunjukan ini turut berkontribusi terhadap perekonomian masyarakat sekitar, dengan banyaknya pedagang yang berjualan di sekitar lokasi pertunjukan serta memberikan penghasilan bagi para seniman yang terlibat.
Simpulan dalam penelitian ini melalui kajian semiotika pertunjukan memperoleh temuan bahwa Jaranan Pegon sebagai sajian pertunjukan penuh makna terdapat pada kotekstual, konteks pertunjukan, dan konteks budaya yang diinterpretasikan melalui sebuah kode.
ABSTRACT
Sugiarto, Mellany Octa Salsabila. 2024. Semiotics of Performance Jaranan Pegon in Trenggalek (Cotextual and Contextual Study of Marco de Marinis). Cultural Arts Education Study Program. Surabaya State University. Supervisor (1) Dr. Setyo Yanuartuti, M.Si, Supervisor (2) Dr. I Nengah Mariasa, M.Hum.
Keywords: Jaranan Pegon Trenggalek, Semiotic of Performance, Code, Cotextual, Contextual
This research analyzes the Jaranan Pegon performance in Trenggalek by referring to the semiotics of performance through cotextual and contextual analysis. This research aims to convey several things, including: (1) analyze the meaning of Jaranan Pegon in Trenggalek in the co-textual performance, (2) analyze the meaning of Jaranan Pegon in Trenggalek in the context of the performance, and (3) analyze the meaning of Jaranan Pegon in Trenggalek in the cultural context. This research employs an ethnographic approach using Marco de Marinis' semiotics of performance theory.
The results and discussion in this research show that there is a performance code in interpreting a meaning. The performance code consists of a general code, particular code, and distinctive code which can be in the form of color, shape, size, and variety of performance text. The co-textual meaning of Jaranan Pegon in the performance is found in the internal aspects of the performance text. Internal aspects include sesajen, prenthul lanang wadon, jaranan, celengan, barongan and music performance. The meaning of the Jaranan Pegon performance is as a teaching and harmony of life side by side with various creatures. The co-textual meaning of the performance is present in simplicity through every movement, element, flow of presentation and accompaniment used.
Contextual as an external aspect discusses the performance context and cultural context. In the context of the performance, Jaranan Pegon is closely related to the audience who are not only present as spectators but also respond to the performance. In certain situations the audience can also dance with the Jaranan Pegon dancers through a process called nyetrum. In a cultural context, Jaranan Pegon is a performance used as a medium in the ritual bersih desa of Sumbergedong village. The barongan jamasan procession for the Mega Mendung barongan is carried out as a ritual to communicate with the danyang when the barongan dancer is in a state of ndadi. In a non-cultural context, this performance also contributes to the economy of the surrounding community, with many traders selling around the performance location and providing income for the artists involved.
The conclusion of this research, through a study of performance semiotics, was the finding that Jaranan Pegon as a performance dish is full of meaning in the contextual, performance context and cultural context which is interpreted through a code.