Kemampuan menggunakan bahasa secara tepat di antara penutur bahasa Inggris sebagai bahasa asing diperlukan untuk memfasilitasi komunikasi agar berjalan dengan lancar. Bahasa yang pantas yang berlaku bagi masyarakat diartikan sebagai kesopanan. Kesopanan adalah upaya bahasa yang tepat dalam interaksi antara pengguna bahasa dalam satu komunitas. Kemampuan bahasa yang pantas ini dipengaruhi oleh kombinasi bentuk linguistik dan norma sosial budaya. Komponen-komponen ini membentuk karakteristik penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa asing di wilayah tertentu.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi fitur bahasa dalam percakapan yang diucapkan oleh anggota komunitas EFL sebagai penanda linguistik untuk mengidentifikasi kesopanan apakah diterapkan oleh komunitas praktik tersebut, (2) mengeksplorasi penanda bahasa yang teridentifikasi di percakapan dalam mengungkapkan kesopanan dan/atau ketidaksopanan oleh anggota praktik komunitas EFL, dan (3) mengeksplorasi cara pembicara EFL di Kampung Inggris Pare melakukan kesopanan dan/atau ketidaksopanan dalam percakapan. Penelitian ini menggunakan pendekatan pragmalinguistik sebagai alat analisanya.
Penelitian menggunakan desain kualitatif dengan etnografi sebagai metode penelitiannya. Subjek penelitian adalah anggota komunitas praktik EFL di Kampung Inggris, Pare, yang berstatus sebagai guru, tutor, dan peserta kursus. Untuk memperoleh data, peneliti dan dibantu oleh para asisten melakukan partisipasi aktif dengan cara menyaru sebagai peserta kursus di berbagai kursus yang telah diseleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan merekam percakapan alami yang terjadi di lokasi penelitian seperti di ruang kelas, di lingkungan asrama, atau di lingkungan luar seperti di warung makan, di kafe-kafe di mana interaksi alami terjadi di antara anggota komunitas praktik. Dalam penelitian ini, konsep-konsep yang disampaikan oleh House and Kasper (1981) Brown and Levinson (1987), Holmes (2000) Watts (2003), dan Leech (2014) digunakan sebagai dasar analisa.
Ada lima belas penanda linguistik yang diidentifikasi untuk menunjukkan kesopanan seperti penggunaan istilah sapaan, intonasi yang meningkat, alih-kode/campur-kode, membiarkan tata bahasa yang tidak benar, menggunakan kesepakatan, menggunakan lelucon, menggunakan ketidaklayakan, menggunakan metafora, menggunakan pujian, menggunakan kalimat berorientasi tugas, menggunakan ucapan tidak serius, menggunakan hiperbola, menggunakan ucapan cerewet, menggunakan ejekan, dan menggunakan kritik. Berdasarkan analisis sosiopragmatik, temuan-temuan tersebut dapat diartikan sebagai penanda kesopanan di mana penanda tersebut merupakan indikator penggunaan kesopanan dan/atau ketidaksopanan dalam percakapan di antara anggota komunitas praktik EFL di Kampung Inggris Pare. Dengan menggunakan skala kesopanan Bipolar yang dikenalkan oleh Leech, penanda kesopanan itu diidentifikasi membentang di sepanjang skala yang termasuk dalam kategori sopan (lebih sopan), layak (bukan-kesopanan), dan tidak sopan (di bawah kesopanan).
Dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui penanda kesopanan yang diidentifikasikan dari interaksi antara anggota komunitas praktik berbahasa Inggris sebagai bahasa asing menunjukkan bahwa komunitas tersebut menerapkan kesopanan dan/atau ketidaksopanan dalam interaksi mereka. Beberapa penanda kesopanan yang diidentifikasi di Kampung Inggris Pare berbeda dari komunitas berbahasa Inggris bukan penutur asli lainnya. Dari penelitian ini, penyebabnya adalah faktor sosial-budaya dan pemahaman dalam menyikapi makna yang berbeda oleh penutur yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa asing.
The ability of using language appropriately among speakers of English as a foreign language is required to facilitate the communication runs smoothly. Language that is appropriate for the language society is interpreted as politeness. Politeness is an appropriate language effort in interaction between language users in one community. This appropriate language ability is influenced by a combination of linguistic forms and sociocultural norms. These components form the characteristics of the use of English as a foreign language in certain areas. The research is aimed at by means of (1) identifying language features in the conversations uttered by the members of EFL community of practice as linguistic markers to identify politeness whether implemented by those community of practice, (2) exploring the identified linguistic markers in the conversation in revealing politeness and/or impoliteness by the member of EFL community practice, and (3) exploring the way EFL speakers in Kampung Inggris Pare perform politeness and/or impoliteness in the conversation. Pragmalinguistic point of view is taken as it enlightened the analysis of the research.
The research design is qualitative in nature with an ethnographic method to ascertain conducting the research. The subject of the research is member of EFL community of practice in Kampung Inggris, Pare, which status as teachers, tutors, and course participants. To get the data, active participations in the fieldwork have been conducted. It has been taken for three months from November 2017 to January 2017. Data collection is done by recording natural conversations that occur in research locations such as in the classrooms, in the camp’s environment, or in outdoor environments such as at food stalls, in cafes where natural interaction occurred among members of community of practice.
There are fifteen linguistic markers identified as to show politeness such as addressing terms, rising intonation, codeswitching/codemixing, letting incorrect grammar, using agreement, using jokes, using indirectness, using metaphor, using compliment, using task-oriented/instruction, using non-serious utterance, using hyperbole, using fussy utterance, using mockery, and using criticism. Based on sociopragmatic analysis, those findings can be interpreted as politeness markers in which those markers are the indicators of the use of politeness and/or impoliteness in the conversation among members of EFL community of practice in Kampung Inggris Pare. Using bipolar scale of politeness by Leech, those politeness markers are identified stretch along the scale which fall under the category of polite (over politeness), appropriate (non-politeness), and impolite (under politeness).