MOTIF SOSIAL TAHLILAN MASYARAKAT MUHAMMADIYAH PLOSO, SURABAYA TIMUR
THE SOCIAL MOTIF OF THE MUHAMMADIYAH COMMUNITY TAHLILAN PLOSO, EAST SURABAYA
Berbeda dengan anggota Muhammadiyah yang menolak tradisi tahlilan, sebagian masyarakat Muhammadiyah Ploso justru masih meyakini dan mempertahankan tradisi tahlilan sebagai warisan turun-temurun. Penelitian ini menjelaskan motif sebab dan motif tujuan yang melatarbelakangi masyarakat Muhammadiyah Ploso melaksanakan tradisi tahlilan. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tipologi masyarakat Muhammadiyah Ploso, mendeskripsikan praktik tahlilan masyarakat Muhammadiyah Ploso, dan mendeskripsikan motif sosial tahlilan masyarakat Muhammadiyah Ploso. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu fenomenologi perspektif Alfred Schutz. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang dikemukakan Alfred Schutz. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi semi terlibat, wawancara semi terstruktur, dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa; Pertama, tipologi masyarakat Muhammadiyah Ploso terdiri atas empat varian, yakni Al-Ikhlas, Kiai Dahlan, Muhammadiyah-NU (Munu), dan Marhaenis-Muhammadiyah (Marmud). Kedua, praktik tahlilan masyarakat Muhammadiyah Ploso terdiri dari tiga konsep, yakni perkumpulan, perjamuan, dan isi bacaan tahlil. Ketigat, motif sebab yang mendasari masyarakat Muhammadiyah Ploso melaksanakan tahlilan adalah latarbelakang keluarga yang masih terikat dengan tradisi Jawa, keyakinan masyarakat mengenai nilai-nilai keselamatan yang terdapat dalam tradisi tahlilan, dan lingkungan yang mayoritas masih mempertahankan tradisi tahlilan. Sementara itu, motif tujuan masyarakat Muhammadiyah Ploso melaksanakan tahlilan adalah ingin mendapatkan keselamatan dan kebaikan dalam hidup, sebagai bentuk ekspresi budaya yang telah berjalan turun-temurun, untuk memperkuat solidaritas sosial, media berbuat baik dan berbakti kepada orangtua, dan tahlilan sebagai sarana membangun hubungan sosial dengan tetangga.
In contrast to Muhammadiyah members who reject the tahlilan tradition, some members of Muhammadiyah Ploso still believe in and maintain the tahlilan tradition as a hereditary heritage. This study explains the motives of cause and motives behind the Muhammadiyah Ploso community carrying out the tahlilan tradition. The purpose of this study is to describe the typology of the Muhammadiyah Ploso community, to describe the practice of tahlilan from the Muhammadiyah Ploso community, and to describe the social motives of the tahlilan community of the Muhammadiyah Ploso community. The theory used in this study is the theory of phenomenology of Alfred Schutz's perspective. This study uses a qualitative method with a phenomenological approach proposed by Alfred Schutz. Data collection in this study was carried out using semi-involved observation techniques, semi-structured interviews, and documentation.
The results of this study indicate that; First, the typology of the Muhammadiyah Ploso community consists of four variants, namely Al-Ikhlas, Kiai Dahlan, Muhammadiyah-NU (Munu), and Marhaenis-Muhammadiyah (Marmud). Second, the practice of tahlilan of the Muhammadiyah Ploso community consists of three concepts, namely associations, banquets, and the content of tahlil readings. Third, the underlying motive for the Muhammadiyah Ploso community to carry out tahlilan is a family background that is still bound by Javanese tradition, people's beliefs about the safety values ​​contained in the tahlilan tradition, and the environment where the majority still maintains the tahlilan tradition. Meanwhile, the motive for the Muhammadiyah Ploso community to carry out tahlilan is to get safety and goodness in life, as a form of cultural expression that has been passed down from generation to generation, to strengthen social solidarity, media to do good and be devoted to parents, and tahlilan as a means of building social relations with neighbors.