Ngalap Berkah at the Tomb of Mbah Prawiro Kusumo in Pundensari Hamlet Gandusari Village Gandusari District Trenggalek Regency (Folchlor Study)
Penelitian berjudul Ngalap Berkah di Makam Mbah Prawiro Kusumo Dhusun Pundensari Desa Gandusari Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek memunyai tujuan untuk mengkaji kepercayaan tradisi ngalap berkah dan unsur sejarah Dhusun Pundensari. Penelitian ini membahas tentang asal mula, prosesi, kepercayaan, peranti beserta simbol dan maknanya, fungsi, dan perubahan dari tradisi ngalap berkah. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan menggunakan kajian folklor sebagian lisan. Objek penelitiannya yaitu tradisi ngalap berkah yang bertempat di Dhusun Pundensari, Desa Gandusari, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek. Sumber data penelitian ini adalah kata-kata, tindakan, dan dokumen hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang kemudian ditranskrip. Peneliti menjadi instrumen utama dalam penelitian ini, didukung dengan daftar pertanyaan wawancara, lembar observasi, dan alat bantu lainnya. Cara menganalisis data yaitu dengan reduksi data, data display, lalu memberikan simpulan dan interpretasi dan diverifikasi kebenarannya. Asal mula tradisi dimulai dengan kepercayaan masyarakat Pundensari bahwasanya Mbah Prawiro Kusumo merupakan tentara Pangeran Diponegoro yang sakti. Tradisi ini dilaksanakan sewaktu-waktu, tetapi lebih sering ketika bulan Sura dan saat Pemilu. Prosesinya dibagi menjadi dua, yaitu prosesi ngalap berkah di bulan Suro, dan prosesi ngalap berkah untuk meminta derajat pangkat, dan menggunakan peranti bunga telon, minyak wangi, dan kemenyan. Kepercayaan masyarakat berkaitan dengan makam adalah makam dikitari para kyai, makam bisa meramalkan musim, sumber mata air sebagai tolak bala, dan larangan memakai baju hijau saat berkunjung ke makam. Tradisi ngalap berkah di makam Mbah Prawiro Kusumo memunyai fungsi menurut Bascomm, yaitu fungsi sebagai sistem proyeksi masyarakat, alat pengesahan budaya, alat pendidikan, dan alat pengendali sosial. Selain itu, peneliti juga menemukan fungsi lainnya yaitu fungsi sedekah, fungsi hiburan, dan fungsi irigasi. Perubahan yang terjadi ada dalam unsur bentuk acara, waktu pelaksanaan, dan peranti yang digunakan.
Kata Kunci: Tradisi, Ngalap berkah dan Foklor
The research entitled Ngalap Berkah at the tomb of Mbah Prawiro Kusumo in Pundensari Hamlet, Gandusari Village, Gandusari District, Trenggalek Regency has the aim of studying the belief in the Ngalap berkah tradition and the historical elements of Pundensari Hamlet. This study discusses the origins, processions, beliefs, devices and their symbols and meanings, functions, and changes from the ngalap berkah tradition. The method used is descriptive qualitative and uses half-oral folklore studies. The object of the research is the tradition of ngalap berkah which is located in Pundensari Hamlet, Gandusari Village, Gandusari District, Trenggalek Regency. The data sources of this research were words, actions, and documents from observations, interviews, and documentation which were then transcribed. The researcher became the main instrument in this study, supported by a list of interview questions, observation sheets, and other tools. The way to analyze the data is by reducing the data, displaying data, then giving conclusions and interpretations and verifying the truth. The origin of the tradition begins with the belief of the Pundensari people that Mbah Prawiro Kusumo is a powerful soldier of Prince Diponegoro. This tradition is carried out from time to time, but more often during the month of Sura and during elections. The procession is divided into two, procession in the month of Suro, and procession to ask power, and using telon flower, perfume, and incense. People's beliefs related to tombs are tombs surrounded by kyai, tombs can predict the seasons, water sources as an antidote to disasters, and the prohibition of wearing green clothes when visiting the tomb. The tradition of ngalap berkah at the tomb of Mbah Prawiro Kusumo has a function according to Bascom, namely a function as a community projection system, a cultural validation tool, an educational tool, and a social control tool. In addition, researchers also found other functions, namely the function of alms, the function of entertainment, and the function of irrigation. The changes that occur are in the elements of the form of the event, the time of implementation, and the equipment used.
Keywords: Tradition, Ngalap berkah and Folklore