Karya Tari Sang Asrita sebagai Perwujudan Tokoh Raden Ayu Tumenggung Purwodiningrat dalam Tipe Dramatik
Sang Asrita’s Dance Work as The Embodiment of Raden Ayu Tumenggung Purwodiningrat Character in Dramatic Type
Karya tari yang berjudul Sang Asrita merupakan sebuah karya tari yang berangkat dari legenda yang terjadi di tengah masyarakat. Legenda tersebut berasal dari sebuah desa yaitu Desa Pakuncen, Kecamatan Patianrowo, kabupaten Nganjuk. Karya tari berangkat dari legenda masyarakat kuncen yang mengisahkan tentang sosok pemimpin wanita yaitu Raden Ayu Tumenggung Purwodiningrat yang memiliki kesaktian selendangnya. Selendang tersebut diyakini memiliki kekuatan ghaib yang bisa menghilangkan Desa Pakuncen dalam sekejab ketika tentara Belanda ingin mengejar laskar pejuang RI yang berada di Desa Pakuncen. Ketertarikan penata tari untuk menggarap karya tari ini terletak pada sosok Raden Ayu Tumenggung Purwodiningrat yang memiliki jiwa seorang pemimpin yang rela melindungi rakyatnya dari mara bahaya. Selain itu kesaktian dari selendang yang dimiliki oleh Raden Ayu Tumenggung Purwodiningrat menjadi sebuah keunikan yang harus dimunculkan pada karya tari ini. Fenomena dalam karya tari ini terlihat dari sesosok tokoh perempuan yang sangat berani. Karya tari ini diciptakan agar masyarakat dapat meneladani kepribadian yang dimiliki oleh tokoh tersebut.
Karya tari Sang Asrita ini disajikan dalam dua variabel. Variabel pertama yaitu variabel bentuk yang menggunakan tipe tari dramatik yang artinya mengutamakan pembentukan suasana pada setiap adegannya. Variabel kedua adalah variabel isi yang terletak pada bentuk perwujudan tokoh Raden Ayu Tumenggung Purwodiningrat. Beberapa karya terdahulu dijadikan sebagai relevansi dalam penciptaan karya tari ini. Landasan teori diperlukan untuk menjadi acuan dalam penggarapan karya tari Sang Asrita. Karya tari ini menggunakan teori Metode Konstruksi I oleh Jacquiline Smith dalam menyusun struktur penciptaan karya tari, serta menggunakan teori bentuk dari Sumandio Hadi untuk membantu dalam proses meciptakan motif-motif gerak pada karya tari ini.
Setelah pendekatan dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menyusun rancangan karya seperti tema, judul, sinopsis dan skenario. Mode penyajian simbolis representatif digunakan dalam penciptaan karya tari ini. Selain itu unsur pendukung lainnya seperti tata teknik pentas, tata rias busana serta tata pencahayaan diperlukan dalam penyajian karya tari Sang Asrita.
Karya tari Sang Asrita ini menggunakan tata rias untuk mempertegas garis wajah serta menggunakan busana yang bertujuan untuk memperkuat karakter penari. Selain itu properti yang digunakan adalah kain hitam dan menggunakan iringan musik dari software editin. Karya tari ini dipentaskan pada panggung terbuka dengan memanfaatkan sinar matahari sebagai pencahayaannya untuk membentuk suasana yang lebih nyata. Dalam hal menciptakan sebuah karya, sebelumnya perlu dilakukan penelitian untuk mendapat informasi mengenai karya yang akan diangkat sehingga data atau informasi yang diperoleh dapat dijadikan landasan dalam proses menciptakan sebuah karya tari yang dapat dipertanggungjawabkan.
The dance work entitled Sang Asrita is a dance work that departs from the legend that occurred in the community. The legend comes from a village namely Pakuncen Village, Patianrowo District, Nganjuk regency. The dance work departs from the legend of kuncen society which tells about the female leader, Raden Ayu TumenggungPurwodiningrat who had the magic of her scarf. The scarf is believed to have supernatural powers that can eliminate Pakuncen Village in an instant when the Dutch army wanted to pursue Indonesian fighters in Pakuncen Village. The choreographer’s interest in working on this dance work lies in the figure of Raden Ayu TumenggungPurwodiningrat who has the soul of a leader who is willing to protect his people from harm. In addition, the magic of the scarf owned by Raden Ayu TumenggungPurwodiningrat is a uniqueness that must be displayed in this dance work. The phenomenon in this dance work can be seen from a very brave female figure. This dance work was created so that people can exemplify the personality owned by the figure.
Sang Asrita's dance work was presented in two variables. The first variable was a form variable that used dramatic dance type which means prioritizing the formation of the atmosphere in each scene. The second variable was the content variable which lies in the embodiment of the Raden Ayu TumenggungPurwodiningrat figure.Some of the earlier works were used as relevant in the creation of this dance work. The basis of the theory is needed to be a reference in the production of the dance work of Sang Asrita. This dance work used the theory of Construction Method I by Jacquiline Smith in structuring the creation of dance works, as well as using form theory from SumandioHadi to assist in the process of creating motion motifs in this dance work.
After the approach is carried out, the next step was the preparation of the work design such as theme, title, synopsis, and scenario. Representative symbolic presentation mode was used in the creation of this dance work. Also, other supporting elements such as stage techniques, make-up, and lighting were required in the presentation of the Sang Asrita’s dance work.
Sang Asrita's dance work used makeup to emphasize facial lines and use clothes which aims to strengthen the character of dancers. Besides, the properties used were black cloth and musical accompaniment from editin software. This dance work was performed on an open stage by utilizing sunlight as its lighting to form a more tangible atmosphere. In terms of creating a work, it is necessary to conduct research previously to obtain information about the work to be appointed, so that the data or information obtained can be used as a basis in the process of creating a dance work that can be accounted for.