Kemiskinan merupakan masalah yang inheren dan kompleks bagi berbagai negara, kendati negara tersebut telah melakukan pembangunan. Menurut Badan Pusat Statistik, penduduk miskin di Indonesia pada September 2022 sebesar 9,57 persen atau mencapai 26,36 juta orang. Menanggapi hal tersebut, pemerintah Jawa Timur menginisiasi program Jatim Puspa (Jawa Timur Pemberdayaan Usaha Perempuan). Program ini dirancang dengan tujuan mengoptimalkan dan meningkatkan efektivitas program penanggulangan kemiskinan di pedesaan, dengan memberikan fokus pada kegiatan pemberdayaan bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) perempuan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kondisi objektif kemiskinan masyarakat Desa Tarokan Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri dan menganalisis realitas objektif dan realitas subjektif dari program Jatim Puspa (Jawa Timur Pemberdayaan Usaha Perempuan). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagai upaya memperoleh pemahaman mendalam, terhadap realitas sosial yang tengah berkembang dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan teori konstruksi sosial Peter L Berger. Data dikumpulkan melalui dokumentasi, observasi, dan wawancara mendalam dengan 9 subjek penelitian yang dipilih secara purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kemiskinan di Desa Tarokan mencerminkan realitas sosial-ekonomi yang dialami oleh banyak warganya. Ini termasuk rendahnya pendapatan, kurangnya akses ke pendidikan dan kesehatan, serta peluang ekonomi yang terbatas. selain itu penyebab struktural seperti akses terbatas ke pasar, kurangnya diferensiasi pekerjaan, keterbatasan infrastruktur, dan kekurangan modal juga menjadi fakta objektif kondisi kemiskinan masyarakat Desa Tarokan. Realitas objektif: Pemerintah mengeksternalisasi solusi untuk kemiskinan melalui program Jatim Puspa, yaitu akses ke modal yang kemudian program ini diobjektifikasi dengan diakui sebagai bagian dari realitas sosial yang sah dan diterima oleh masyarakat. Realitas subjektif: Masyarakat miskin di Desa Tarokan menginternalisasi program Jatim Puspa melalui pengalaman dan interaksi sehari hari, menganggapnya sebagai kesempatan untuk meningkatkan kondisi ekonomi mereka serta mengubah pandangan mereka tentang kemiskinan. Hal ini mendorong KPM untuk memiliki motivasi berusaha (need for achievement) dan mengembangkan keterampilan hidup (life skill) untuk keluar dari kemiskinan tidak hanya menerima keadaan saja.

Kata Kunci: Kemiskinan, Konstruksi sosial, Pemberdayaan, Jatim Puspa  

Poverty is an inherent and complex problem for many countries, despite their development. According to the Central Bureau of Statistics, the poor population in Indonesia in September 2022 was 9.57 percent or reached 26.36 million people. In response, the East Java government initiated the Jatim Puspa (East Java Women's Business Empowerment) program. This program was designed with the aim of optimizing and increasing the effectiveness of poverty reduction programs in rural areas, by focusing on empowerment activities for women beneficiary families (KPM). This research aims to identify the objective conditions of poverty in Tarokan Village, Tarokan Sub-district, Kediri Regency and analyze the objective reality and subjective reality of the Jatim Puspa (East Java Women's Business Empowerment) program. This research uses a qualitative approach as an effort to gain an in-depth understanding of the social reality that is developing in society. This research uses Peter L Berger's social construction theory. Data were collected through documentation, observation, and in-depth interviews with 9 purposively selected research subjects. The results showed that Poverty in Tarokan Village reflects the socio-economic reality experienced by many of its residents. This includes low income, lack of access to education and health, and limited economic opportunities. In addition, structural causes such as limited access to markets, lack of job differentiation, limited infrastructure, and lack of capital are also objective facts of the poverty conditions of the people of Tarokan Village. Objective reality: The government externalizes the solution to poverty through the Jatim Puspa program, namely access to capital which is then objectified by being recognized as part of a legitimate social reality and accepted by the community. Subjective reality: The poor in Tarokan Village internalize the Jatim Puspa program through their daily experiences and interactions, perceiving it as an opportunity to improve their economic conditions and change their views on poverty. This encourages KPM to have the motivation to strive (need for achievement) and develop life skills to get out of poverty instead of just accepting the situation.

Keywords: Poverty, Social construction, Empowerment, Jatim Puspa