Strategi Paguyuban Bojonegoro Kampung Pesilat dalam Pencegahan Konflik Antar Perguruan Pencak silat di Kabupaten Bojonegoro.

The Strategy of Paguyuban Bojonegoro Kampung Pesilat In Preventing Conflict Among Pencak Silat School In Bojonegoro Regency.

Paguyuban Bojonegoro Kampung Pesilat adalah wadah bersama seluruh perguruan silat di Kabupaten Bojonegoro. Didirikan pada tahun 2016 oleh Polres Bojonegoro, terdapat 20 perguruan pencak silat yang tergabung di Paguyuban Bojonegoro Kmapung Pesilat, bertujuan menjaga keamanan dan kondusivitas lingkungan masyarakat. Melalui kolaborasi dengan Polri, berupaya menanamkan kesadaran akan kewajiban sebagai warga negara yang patuh terhadap hukum. Bojonegoro Kampung Pesilat terdiri dari 20 perguruan pencak silat dengan program yang disesuaikan Kapolres sebagai pembina. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi paguyuban Bojonegoro Kampung Pesilat dalam pencegahan konflik antar perguruan pencak silat di Kabupaten Bojonegoro. Penelitian akan diuji dengan teori Integrasi Sosial Emile Durkheim, Emile Durkheim membagi teori solidaritasnya menjadi dua bagian yakni (1) Solidaritas Mekanik dan (2) Solidaritas Organik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan desain penelitian studi kasus. teknik pengumpulan data berupa observasi dan wawancara serta menggunakan teknik analisis data kualitatif Miles dan Huberman. Hasil penelitian tentang Strategi Paguyuban Bojonegoro Kampung Pesilat dalam pencegahan konflik antar perguruan pencak silat di Kabupaten Bojonegoro, terdapat 3 Strategi yaitu : 1) Sarasehan, sarasehan ini terbagi menjadi 2 sarasehan bersifat formal dan secara non formal, Sarasehan bersifat formal yaitu Edukasi atau Penyuluhan dan Forum Diskusi Grup, dan sarasehan bersifat non formal yaitu cangkrukan. 2) Silaturahmi, diwujudkan dalam bentuk kunjungan maupun latihan bersama antar perguruan pencak silat. 3) Mengadakan kegiatan bersama, diwujudkan dalam Gelar Kirab Budaya. 

Paguyuban Bojonegoro Kampung Pesilat is a joint forum for all pencak silat schools in Bojonegoro Regency. Established in 2016 by The Bojonegoro Through cooperation with the Police, it seeks to instill awareness of obligations as law-abiding citizens. Bojonegoro Kampung Pesilat consists of 20 pencak silat schools with programs tailored to the Chief of Police as a coordinator. This study aims to describe the strategy of the Bojonegoro Kampung Pesilat paguyuban in preventing conflicts between martial arts school in Bojonegoro Regency. The research will be tested with Emile Durkheim's Social Integration theory, Emile Durkheim divides his solidarity theory into two parts, namely (1) Mechanical Solidarity and (2) Organic Solidarity. This research uses descriptive qualitative research methods with case study research design. data collection techniques in the form of observation and interviews and using Miles and Huberman qualitative data analysis techniques. The results of research on the Strategy Paguyuban Bojonegoro Kampung Pesilat in preventing conflicts between pencak silat schools in Bojonegoro , there are 3 strategies, namely: 1) Sarasehan, this sarasehan is divided into 2 sarasehan formal and non-formal, Sarasehan is formal, namely Education or Counseling and Group Discussion Forum, and sarasehan is non-formal, namely cangkrukan. 2) Gathering, realized in the form of visits and joint training between martial arts schools. 3) Organizing joint activities, manifested in the Kirab Budaya event.