Abstrak
Welmensi Sonia Pietersz, 2019. Kapata Dalam Masyarakat Adat Negeri Amahai, Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah (Kajian Struktural dan fungsi).
Tesis. Program Studi S-2 Pendidikan Bahasa dan Sastra, Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Pembimbing I, Prof. Dr. Haris. Supratno M.Pd dan Pembimbing II, Prof. Dr. Darni, M.Hum.
Kata kunci : Sastra lisan, Kapata, formula formulaik,fungsi
Kapata merupakan bentuk nyanyian rakyat yang dinyanyikan menggunakan bahasa daerah Alune. Dalam penelitian ini terdapat lima Kapata antara lain; Kapata Hasurite, Kapata Cakalele, Kapata Totobuang, Kapata Wele-wele, Kapata Mainoro/Maku-maku. Adapun tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan pertunjukan Kapata di Negeri Amahai, pewarisan, struktur formula dan formulaik di negeri Amahai serta fungsi Kapata terhadap masyarakat Amahai.
Dalam penelitian ini, menggunakan rancangan penelitian kualitatif deskriptif dengan data penelitian ini berupa data lisan yaitu Kapata yang diucapkan secara langsung oleh informan. Sumber data adalah tua-tua adat atau tokoh adat di Negeri Amahai. Data lisan dan tulisan diperoleh dari hasil observasi,wawancara, perekaman, dan dokumentasi.
Hasil penelitian berupa (1) Pertunjukan Kapata dengan tarian, yang terdiri dari pertunjukan Kapata dengan tarian cakalele dan pertunjukan kapata dengan tarian maku-maku (2) pertunjukan Kapata tanpa tarian, (3) pewarisan Kapata di Negeri Amahai, baik secara formal maupun non formal, (4) formula Kapata yang di analisis berdasarkan susunan kata, struktur kata yang sama, pertukaran bagian pada posisi yang berbeda dan formula berdasarkan bunyi dalam baris, serta denga formulaik Kapata, (5) fungsi Kapata terhadap masyarakat Amahai.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Kapata dituturkan dalam bahasa lokal di Maluku Tengah yang disebut bahasa Alune. Kapata merupakan nyanyian rakyat yang masih hidup dan digunakan dalam berbagai ritual adat maupun aktivitas sosial budaya lainnya, khususnya dalam masyarakat adat Negeri Amahai. Negeri Amahai memiliki lima Kapata yaitu : Kapata Hasurite, Kapata Cakalele, Kapata Mainoro/ Maku-maku, Kapata Wele-Wele dan Kapata Totobuang. Dalam resitasi Kapata, para penyanyi melantunkan Kapata dengan menggunakan tifa sebagai penuntun pola ritmis. Pada ranah ritual adat, resitasi Kapata harus disertai dengan penyajian apapua yang terdiri dari sirih pinang, tabaku, dan sopi.
Abstract
Welmensi Sonia Pietersz, 2019. Kapata In Amahai State Indigenous Community, Amahai District, Central Maluku Regency (Structural Study and function).
Thesis. Undergraduate Study Program in Language and Literature Education, Postgraduate of Surabaya State University. Advisor I, Prof. Dr. Haris. Supratno M.Pd and Advisor II, Prof. Dr. Darni, M. Hum.
Keywords: Oral Literature, Kapata, formula formulas, functions
Kapata is a form of folk singing sung using the Alune regional language. In this study there were five Kapata, among others; Kapata Hasurite, Kapata Cakalele, Kapata Totobuang, Kapata Wele-wele, Kapata Mainoro / Maku-maku. The purpose of this study is to describe the performance of the Kapata in Amahai Country, inheritance, the structure of formulas and formulas in Amahai country and the Kapata function of the Amahai people.
In this study, using a qualitative descriptive research design with this research data in the form of oral data that is Kapata which is spoken directly by the informant. Data sources are traditional elders or traditional leaders in Amahai State. Oral and written data obtained from the results of observation, interviews, recording, and documentation.
The results of the study were (1) Kapata performances with dances, which consisted of a Kapata performance with cakalele and kapata performances with maku-maku dances (2) Kapata without dance performances, (3) Kapata inheritance in Amahai country, both formally and informally , (4) the Kapata formula which is analyzed based on the arrangement of words, the same word structure, the exchange of parts in different positions and formulas based on sound in line, and with the Kapata formula, (5) the Kapata function of the Amahai community.
The conclusion of the results of this study is that Kapata is spoken in a local language in Central Maluku called Alune language. Kapata is a folk song that is still alive and used in various traditional rituals and other socio-cultural activities, especially in the Amahai Land indigenous people. Amahai country has five heads namely: Kapata Hasurite, Kapata Cakalele, Mainoro / Maku-maku, Kapata Wele-Wele and Kapata Totobuang. In the Kapata recitation, the singers Kapata using tifa as a guide to rhythmic patterns. In the realm of traditional rituals, the Kapata recitation must be accompanied by the presentation of apapua consisting of betel nut, tabaku, and sopi.