VISUALISASI PERJUANGAN CINTA DEWI NGA’IN DALAM KARYA TARI SANG WEDALWERDI
VISUALIZATION OF DEWI NGA'IN'S LOVE STRUGGLE IN SANG WEDALWERDI'S DANCE
Dalam karya tari Sang Wedalwerdi, koreografer menggunakan media gada dan taring sebagai simbol keaslian karya ini karena koreografer ingin memvisualisasikan karakter Dewi Nga'in dan Wedalwerdi, sedangkan Prabu Sri Aji Jayabaya menggunakan simbol atau tebakan gerak. yang mengarah pada keberadaan Prabu Jayabaya.
Pendekatan penciptaan dalam karya tari Sang Wedalwerdi menggunakan metode Konstruksi I karya Jacquiline Smith. Setelah melakukan beberapa pendekatan, selanjutnya membuat desain karya dengan menentukan tema kemudian menentukan judul. Dalam karya tari ini terdapat 5 adegan. Desain dramatis menggunakan desain kerucut ganda. Dalam karya tari ini menggunakan mode penyajian yang representatif dan simbolik, kemudian dengan beberapa unsur penunjang lainnya seperti tata rias dan busana, tempat pentas dan iringan musik. Hasil penciptaan karya tari yang relevan juga menjadi sumber atau referensi mengenai konsep, teknik, dan gaya untuk menunjukkan perbedaan orisinalitas karya masing-masing. Penerapan tipe dramatik juga diperkenalkan untuk membangun suasana yang mendukung tari Sang Wedalwerdi. Bentuk penyajian yang dipilih adalah lingkungan yang sesuai dengan konsep dan didukung oleh unsur-unsur pendukung lainnya.
Sang koreografer menggarap karya tari ini karena ketertarikannya pada keunikan kisah hidup Wedalwerdi. Menurut masyarakat Kediri, salah satu cerita yang paling menonjol di Kabupaten ini adalah Prabu Sri Aji Jayabaya dan Wedalwerdi, salah satunya karena meninggalkan jejak sejarah dengan patung Totok Kerot dan Wedalwerdi sendiri adalah seorang wanita raksasa yang berani melawan Prabu Sri Aji Jayabaya.
Karya tari Sang Wedalwerdi merupakan salah satu karya inspiratif yang berangkat dari sebuah fenomena sosial atau cerita rakyat. Sebuah istilah wedalwerdi di Kabupaten Kediri menjadi ketertarikan para koreografer untuk mengungkap cerita di balik nama Wedalwerdi. Koreografer mengungkap kisah hidup di balik putri cantik yang ternyata memiliki 2 sifat yang bertolak belakang. Karya tari Sang Wedalwerdi memilih salah satu fokus pengungkapan isi makna melalui jenis penyajian yang dramatis, yang berangkat dari objek sederhana dan diungkapkan melalui penggambaran suasana dalam sebuah pertunjukan tari.
Sang Wedalwerdi's dance work is one of the inspirational works that departs from a social phenomenon or folklore. A term wedalwerdi in Kediri Regency became the interest of choreographers to reveal the story behind the name Wedalwerdi. The choreographer reveals the life story behind the beautiful princess who turns out to have 2 contradictory traits. Sang Wedalwerdi's dance work chooses one focus on expressing the content of meaning through a dramatic type of presentation, which departs from a simple object and is expressed through the depiction of the atmosphere in a dance performance.
The choreographer worked on this dance work because of his interest in the uniqueness of Wedalwerdi's life story. According to the people of Kediri, one of the most prominent stories in the Regency is that of Prabu Sri Aji Jayabaya and Wedalwerdi, one of which is because they left a trace of history with the Totok Kerot statue and Wedalwerdi himself was a giant woman who dared to fight Prabu Sri Aji Jayabaya.
The approach to creation in Sang Wedalwerdi's dance work uses the Construction I method by Jacquiline Smith. After doing several approaches, then making a work design by determining the theme and then determining the title. In this dance work there are 5 scenes. Dramatic design using multiple cone design. In this dance work using a representative and symbolic presentation mode, then with several other supporting elements such as makeup and clothing, stage venues and musical accompaniment. The results of the creation of relevant dance works also become sources or references regarding concepts, techniques, and styles to show the differences in the originality of each one's work. The application of the dramatic type is also introduced to build a supportive atmosphere for the Sang Wedalwerdi dance. The form of presentation chosen is an environment that is in accordance with the concept and is supported by other supporting elements.
In Sang Wedalwerdi's dance work, the choreographer uses the media of mace and fangs as symbols of the originality of this work because the choreographer wants to visualize the characters of Dewi Nga'in and Wedalwerdi, while Prabu Sri Aji Jayabaya uses symbols or guesses the motions that lead to the existence of Prabu Jayabaya.