Rendahnya
tingkat kemampuan berpikir kritis siswa khususnya pada mata pelajaran sejarah
menjadi penghambat dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa pembelajaran
sejarah di SMA Negeri 2 Trenggalek masih mengedepankan peran guru (teacher
centered learning) , sehingga mengakibatkan kegiatan pembelajaran terkesan
membosankan. Selain itu rendahnya keinginan siswa untuk melakukan perubahan
masih tergolong rendah, sehingga dapat memperlambat dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis. Permasalahan
yang lainnya yaitu materi pembelajaran yang disampaikan jarang dikaitkan dengan
kondisi nyata dalam kehidupan siswa, sehingga mengakibatkan rendahnya
kemandirian dalam memecahkan masalah. Untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut, maka diperlukan inovasi pembelajaran yang menarik bagi siswa. Salah
satu inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa yaitu penerapan pembelajaran transformatif dengan pendekatan kontekstual
dan model problem based learning . Dalam penelitian ini menggunakan Quasi
Experimental Design dengan jenis Nonequivalent Control Group Design berbentuk
pre-test dan post-test, sehingga membutuhka dua kelas sebagai sampel, yaitu kelas XI-I sebegai kelas
eksperimen dan kelas XI-G sebagai kelas kontrol. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu uji regresi linier berganda, uji korelasi
parsial, dan uji F. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda menunjukkan
bahwa taraf
signifikansi variabel X1 adalah 0,000 dengan thitung sebesar 7,076
dan ttabel sebesar 2,034 atau dapat dinyatakan dengan 0,000 <
0,05 dan 7,076 > 2,034, sehingga keputusan yang dapat diambil yaitu
pembelajaran transformatif dengan pendekatan kontekstual (X1) mempengaruhi
kemampuan berpikir kritis siswa (Y). Sedangkan taraf signifikansi variabel X2
adalah 0,001 dengan thitung sebesar 3,577 dan ttabel sebesar
2,034 atau dapat dinyatakan dengan 0,001 < 0,05 dan 3,577 > 2,034,
sehingga keputusan yang dapat diambil yaitu model problem based learning
(X2) mempengaruhi kemampuan berpikir kritis (Y). Selanjutnya hasil uji korelasi
parsial menunjukkan bahwa rhitung sebesar 0,813 dan rtabel sebesar
0,329 atau dapat dinyatakan 0,813 > 0,329 dengan tingkat probabilitas 0,000 <
0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara variabel pembelajaran transformatif dengan pendekatan kontekstual (X1) dengan
variabel model problem based learning (X2), dan variabel
pembelajaran transformatif dengan pendekatan kontekstual (X1) mempengaruhi
variabel model problem based learning (X2). Dan yang terakhir
yaitu uji F, berdasarkan hasil uji F menunjukkan menunjukkan nilai fhitung
sebesar 153,664 dan ftabel sebesar 3,285, sedangkan tingkat
signifikansinya yaitu sebesar 0,000, sehingga dapat dinyatakan bahwa tingkat
signifikansi 0,000 < 0,05 dan nilai fhitung 153,664 > ftabel
3,285. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat probabilitas lebih
kecil dari 0,05 dan nilai fhitung lebih besar dari ftabel, yang
selanjutnya dapat dinyatakan bahwa secara simultan atau bersama-sama variabel
pembelajaran transformatif dengan pendekatan kontekstual (X1) dan model problem
based learning (X2) mempengaruhi kemampuan berpikir kritis (Y), artinya
terdapat pengaruh pembelajaran transformatif dengan pendekatan kontekstual dan
model problem based learning terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI pada pembelajaran sejarah di SMA
Negeri 2 Trenggalek.
Kata Kunci: Pembelajaran
transformatif dengan pendekatan kontekstual, model problem
based learning, dan kemampuan berpikir kritis.