Perilaku pemecahan masalah memberikan pemahaman lebih lanjut mengenai perilaku yang siswa lakukan untuk memahami masalah matematika kontekstual dan penyelesaiannya. Perilaku berbeda yang ditunjukkan siswa satu sama lain itu dapat menampakkan bagaimana langkah, kemampuan, serta pemahaman siswa dalam menyelesaikan masalah matematika kontekstual. Penting bagi siswa dan guru untuk mengetahui perilaku pemecahan masalah agar dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah matematika kontekstual. Kecemasan matematika dapat mempengaruhi siswa saat mencari penyelesaian masalah matematika. Mengingat pentingnya perilaku pemecahan masalah siswa, untuk itu perlu mengetahui perilaku pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan masalah matematika kontekstual ditinjau dari kecemasan matematika. Tujuan dilakukannya penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan perilaku pemecahan masalah siswa yang memiliki kecemasan matematika tinggi dan rendah dalam menyelesaikan masalah matematika kontekstual. Subjek dari penelitian ini adalah empat siswa SMP, dengan rincian masing-masing dua siswa dari setiap kelompok kecemasan matematika, tinggi dan rendah. Pengelompokkan kecemasan matematika siswa ditentukan melalui skor angket kecemasan matematika masing-masing siswa. Keempat siswa tersebut diberikan tes pemecahan masalah matematika kontekstual untuk memperoleh data mengenai perilaku pemecahan masalah siswa. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa siswa dengan tingkat kecemasan matematika tinggi masuk kedalam kategori perilaku pemecahan masalah Direct Translation Approach-proficient (DTA-p) dan Direct Translation Approach-not proficient (DTA-np). Untuk siswa dengan kecemasan matematika rendah masuk kedalam kategori Meaning Based Approach-justification (MBA-j). Perbedaan perilaku pemecahan masalah dari dua kategori kecemasan matematika adalah dalam membaca ulang masalah, mengaitkan konsep, memutuskan strategi, menggunakan konteks dalam perhitungan maupun jawaban akhir, dan memberikan penjelasan pada setiap langkah penyelesaian. Perilaku pemecahan masalah dari siswa yang masuk dalam kelompok kecemasan matematika rendah lebih baik dari perilaku pemecahan masalah siswa yang masuk dalam kelompok kecemasan matematika tinggi. 

Problem solving behavior make further information about behavior of students to understand contextual mathematical problems and their solutions. The different behaviors shown by students to each other shows how to steps, abilities, and understanding of students in solving contextual mathematical problems. It is important for students and teachers to know the problem solving behaviors in order to improve understanding and ability to solve contextual mathematical problems. Mathematics anxiety can influence students in soling mathematical problems. Given the importance of students problem solving behavior in learning mathematics, teachers need to know students problem solving behavior in solving contextual mathematical problems based on mathematics anxiety. This study investigate problem solving behavior of students with low and high mathematical anxiety in solving contextual mathematical problems. Subjects in this study were four students of Junior High School, consists each of the two students from each mathematics anxiety group, low and high. Four students were given contextual mathematical problem solving test to investigate about problem solving behavior. Classification of students mathematics anxiety levels is determined through the mathematics anxiety questionnaire score of each student. The results of this research showed that students problem solving behavior with high mathematics anxiety were categorized in Direct Translation Approach-proficient (DTA-p) dan Direct Translation Approach-not proficient (DTA-np) category. Students behavior with low mathematics anxiety were categorized in the category of Meaning Based Approach-justification (MBA-j). The difference in problem solving behavior from two categories of mathematics anxiety is in re-reading the problem, linking concepts, deciding strategies, using context in calculations and final answer, and providing an explanation at each step of the solution. Students problem solving behavior with low mathematics anxiety was better than students problem solving behavior with high mathematics anxiety.