Resiliensi Pada Remaja Korban Perceraian Orang Tua
Resilience In Adolscent Victims Parental Divorce
Perceraian orang tua memberikan dampak terhadap perkembangan kemampuan resiliensi anak. Kemampuan resiliensi penting dimiliki oleh remaja agar remaja yang mengalami keterpurukan dapat bangkit dan melakukan upaya yang positif dalam penyelesaian masalahnya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan faktor yang mempengaruhi kemampuan resiliensi pada remaja korban perceraian orang tua. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subjek terdiri dari dua orang yang memiliki usia 20-21 yang telah menjadi korban perceraian. Pengambilan data menggunakan teknik wawancara. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ditemukan hasil bahwa kedua subjek memiliki kemampuan resiliensi yang berbeda. Subjek BM memiliki kemampuan resiliensi yang lebih baik dikarenakan masih adanya dukungan dari orang terdekat sehingga dapat membantu mengembangkan kemampuan resiliensi yang ada pada dirinya, yaitu subjek menjadi lebih mandiri dan menerima keadaan. Sedangkan subjek CA memiliki kemampuan resiliensi yang kurang baik karena subjek masih merasa pesimis, ragu akan masa depan, dan trauma terhadap pernikahan yang menyebabkan dirinya ragu akan keberhasilan suatu pernikahan.
Parental divorce has an impact on the development of children's resilience abilities. It is important for adolescents to have resilience abilities so that adolescents who experience adversity can rise up and make positive efforts in solving problems. The purpose of this study was to determine the description and factors that influence the ability of resilience in adolescent victims of parental divorce. The method used in this research is qualitative with a case study approach. The subjects consisted of two people aged 20-21 who had become victims of divorce. Data were collected using interview techniques. Based on the research that has been done, it was found that the two subjects had different resilience abilities. BM subjects have better resilience abilities because there is still support from the closest people so that they can help develop the resilience abilities that exist in themselves, namely the subject becomes more independent and accepts the situation. While the CA subject has poor resilience because the subject still feels pessimistic, doubts about the future, and is traumatized by marriage which causes him to doubt the success of a marriage.