Keterlibatan dan Motivasi Guru Bahasa Inggris sebagai Sponsor Literasi di Sekolah Menengah Pertama di Surabaya
English Teachers' Engagement and Motivation as Literacy Sponsors in Surabaya Junior High Schools
Koiri, Much. (2022). Keterlibatan dan Motivasi Guru Bahasa Inggris sebagai Sponsor Literasi di Sekolah Menengah Pertama di Surabaya. Disertasi. S3 Pendidikan Bahasa dan Sastra, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya. Pembimbing: (1) Prof. Pratiwi Retnaningdyah, M.Hum, M.A., Ph.D, (2) Prof. Slamet Setiawan, M.A., Ph.D.
Kata Kunci: keterlibatan, motivasi, sponsor literasi, literasi sekolah, Indonesia
Keterlibatan dan motivasi guru bahasa Inggris sebagai sponsor literasi sangat penting dalam menentukan keberhasilan program literasi sekolah. Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan namun fokus utamanya adalah pada pihak yang disponsori (penerima) dalam pendidikan literasi orang tua atau orang dewasa, dan masih perlu diatur dalam literasi sekolah Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap keterlibatan dan motivasi guru bahasa Inggris sebagai sponsor literasi dan hubungan mereka. Penelitian ini menggunakan metode campuran dengan desain penelitian eksplanatori sekuensial dan menggunakan Kerangka ORIM Peter Hannon dan Teori Motivasi Prestasi David McClelland sebagai kerangka teori. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan beberapa kriteria pemilihan. Ditentukan 170 peserta untuk memperoleh data kuantitatif melalui kuesioner dan 11 peserta terpilih untuk data kualitatif melalui wawancara dan observasi. Data kuantitatif dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan korelasi Pearson r dengan bantuan software SPSS. Data kualitatif kemudian disajikan untuk mendukung atau menguji analisis data kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama, subskill keterlibatan dan keterlibatan guru bahasa Inggris sangat tinggi. Namun, hanya sebagian yang ditemukan mengalami sedikit hambatan dalam mewujudkan empat subketerampilan keterlibatan (peluang, pengakuan, interaksi, dan model). Guru dengan keterlibatan yang sangat tinggi dapat sepenuhnya melaksanakan seluruh subketerampilan dalam lima rangkaian pengalaman literasi sekolah (cetakan lingkungan, buku, tulisan, bahasa lisan, dan sumber digital). Sebaliknya, guru dengan keterlibatan yang sangat rendah hanya mampu melakukan kinerja sebagian. Kedua, motivasi guru bahasa Inggris sebagai sponsor literasi dan subketerampilan motivasi sangat tinggi; namun hanya sebagian saja yang terdeteksi sedikit terhambat dalam mencapai ketiga subketerampilannya. Tingkat motivasi guru menentukan keterlibatan mereka. Studi ini juga menemukan bahwa prestasi dan kekuasaan lebih dominan dibandingkan afiliasi dan kekuasaan adalah yang paling dominan di antara ketiga motivasi dalam lingkungan formal/akademik. Secara keseluruhan, keterlibatan dan motivasi guru bahasa Inggris sangat tinggi, namun guru lebih termotivasi untuk meningkatkan literasi dibandingkan bekerja dalam kapasitas tersebut. Mereka kurang tertarik untuk terlibat dalam praktik literasi sekolah dibandingkan motivasi mereka. Ketiga, penelitian ini juga menggambarkan hubungan positif dan signifikan antara keterlibatan guru dan motivasi. Namun, hubungan antara sub-keterampilan mereka mengkategorikan peserta ke dalam dua kelompok utama: memenuhi syarat sebagai sponsor literasi dan kurang memenuhi syarat sebagai sponsor literasi. Selain itu, penelitian ini juga memiliki implikasi dan keterbatasan pedagogis yang disebutkan dalam Diskusi. Lebih lanjut, penelitian ini juga menunjukkan empat hal baru, yaitu (1) penelitian ini mengadaptasi Kerangka ORIM di lingkungan sekolah dengan perspektif guru sebagai sponsor literasi, (2) penelitian ini menemukan alur baru—sumber digital—yang dipraktikkan oleh guru yang melek teknologi informasi, (3) dalam konteks motivasi, prestasi dan kekuasaan lebih dominan daripada afiliasi, dan kekuasaan adalah yang paling kuat di lingkungan sekolah, (4) wawancara dan observasi ditemukan lebih valid daripada kuesioner untuk mengungkap guru bahasa Inggris ' praktik literasi yang sebenarnya. Yang terpenting, hasil penelitian ini diharapkan menjadi signifikan tidak hanya untuk penelitian lebih lanjut tetapi juga untuk proyek-proyek yang mungkin dilakukan untuk memberdayakan guru bahasa Inggris melalui pelatihan dan lokakarya literasi sehingga mereka lebih memenuhi syarat untuk menyukseskan GLS.
Koiri, Much. (2022). English Teachers' Engagement and Motivation as Literacy Sponsors in Surabaya Junior High Schools. Dissertation. S3 Pendidikan Bahasa dan Sastra, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya. Advisors: (1) Prof. Pratiwi Retnaningdyah, M.Hum, M.A., Ph.D, (2) Prof. Slamet Setiawan, M.A., Ph.D.
Keywords: engagement, motivation, literacy sponsors, school literacy, Indonesia
English teachers' engagement and motivation as literacy sponsors are essential in determining successful school literacy programs. Some previous studies have been conducted but mainly focused on the sponsored (receiver) in parental or adult literacy education, and still need to be set in Indonesian school literacy. This study aimed to reveal English teachers' engagement and motivation as literacy sponsors and their relationships. The present study used a mixed method with a sequential explanatory research design and used Peter Hannon's ORIM Framework and David McClelland's Achievement Motivation Theory as theoretical frameworks. This study used a purposive sampling technique with several selection criteria. It determined 170 participants for obtaining quantitative data through a questionnaire and 11 selected participants for qualitative data through interview and observation. The quantitative data were analyzed using descriptive statistics and Pearson r correlation with the assistance of SPSS software. The qualitative data were then presented to support or examine the quantitative data analysis. The study showed that, first, English teachers' engagement and engagement subskills are very high. However, only some were found as slightly hindered in actualizing the four subskills of engagement (opportunity, recognition, interaction, and model). Teachers with very high engagement could fully perform all subskills in five strands of school literacy experiences (environmental print, books, writing, oral language, and digital sources). In contrast, teachers with very low engagement only could perform partly. Second, English teachers' motivation as literacy sponsors and motivation subskills are very high; but only some were detected as slightly hindered in achieving its three subskills. Teachers' motivation levels determined their engagement. The study also found that achievement and power are more dominant than affiliation and that power is the most dominant among the three motivations in formal/academic settings. In aggregate, English teachers' engagement and motivation were very high, but teachers were more motivated to promote literacy than to work in that capacity. They were less interested in engaging in school literacy practices than their motivation. Third, this study also depicted a positive and significant relationship between teachers' engagement and motivation. However, the relationship between their subskills categorized the participants into two main groups: eligible as literacy sponsors and less eligible as literacy sponsors. Moreover, this study also has pedagogical implications and limitations stated in the Discussion. Furthermore, the study also showed four novelties, namely (1) the study adapted the ORIM Framework in school settings with the perspective of teachers as literacy sponsors, (2) the study discovered a new strand—digital sources—which is practiced by teachers who are literate in information technology, (3) in the context of motivation, achievement and power are more dominant than affiliation, and power is the most powerful in school settings, (4) interview and observation are found more valid than questionnaire for uncovering English teachers' actual literacy practices. Above all, the results of this study are expected to be significant not only for further studies but also for possible projects to empower English teachers through literacy training and workshops so that they are more eligible to make GLS successful.