Perkembangan Pendidikan Kolonial di Gemeente Probolinggo 1918-1942
Development of Colonial Education in Gemeente Probolinggo 1918-1942
Pendidikan dan masyarakat, keduanya saling berkaitan satu sama lain, dan dengan berkembangnya pendidikan dapat mempengaruhi dinamisme kehidupan masyarakat. Gemeente Probolinggo ikut serta dalam penerapan Politik Etis serta mendirikan sekolah-sekolah tingkat dasar dan lanjut, bergaya barat yang disebut sebagai pendidikan kolonial guna mencapai tujuan yang diinginkan Pemerintahan Hindia-Belanda untuk mendapatkan tenaga kerja terdidik dengan harga yang murah. Di balik semua tujuan yang diharapkan pemerintahan Hindia-Belanda, dalam kondisi empirisnya, tujuan tersebut memunculkan substansi lain dalam masyarakat Gemeente Probolinggo yaitu pendidikan menciptakan adanya mobilitas sosial masyarakat Gemeente Probolinggo.
Dalam penelitian ini akan membahas mengenai rumusan masalah yang menjadi dasar penelitian ini adalah bagaimana perkembangan dan peta pendidikan kolonial yang ada di Gemeente Probolinggo periode tahun 1918-1942, dan keterkaitan mengenai pengadaan pendidikan kolonial oleh pemerintahan Hindia-Belanda terhadap mobilitas sosial masyarakat di Gemeente Probolinggo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian sejarah dengan empat tahapannya, yakni heuristik dimana peneliti mengumpulkan sumber yang didapatkan dari Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Jawa Timur, Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Probolinggo, Perpustakaan Universitas Negeri Surabaya, dan lain-lain. Tahapan yang kedua yaitu kritik sumber dengan melakukan uji dan verifikasi sumber-sumber yang telah didapatkan. Tahap ketiga ialah interpretasi, menafsirkan data yang telah diperoleh dan diverifikasi. Tahap terakhir adalah historiografi, yaitu penulisan hasil dari penelitian sejarah yang dilakukan secara kronologis dan analitis.
Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa perkembangan pendidikan di Gemeente Probolinggo mengalami peningkatan berdasarkan statistik jumlah peserta didik di fasilitas-fasilitas pendidikan kolonial yang disediakan yakni terhitung mengalami peningkatan hingga mencapai 16% atau sekitar 18.335 peserta didik di seluruh sekolah tingkat dasar baik pribumi maupun barat di tahun 1932 dibandingkan dengan populasi peserta didik di tahun 1930 dengan jumlah 13.864 peserta didik, dan dengan peningkatan tersebut maka terdapat kemungkinan bahwa di Gemeente Probolinggo mengalami mobilitas sosial melalui media berupa pendidikan. Mobilitas sosial masyarakat secara vertikal kategori mobilitas sosial sponsor (teori Turner) yang mana sebutan priyayi atau bangsawan tidak hanya didapatkan berdasarkan garis keturunannya saja melainkan berubah berdasarkan pada lulusan pendidikan seseorang serta pekerjaan atau jabatan yang dimilikinya. Perkembangan pendidikan ini dimanfaatkan masyarakat pribumi yang strata sosialnya menengah ke bawah untuk dapat menempuh pendidikan, menjadi lulusan terdidik, kemudian dapat menjabat di lingkungan pemerintah Hindia-Belanda atau bekerja dan menjabat di perusahaan-perusahaan swasta. Dengan begitu, pengadaan pendidikan kolonial telah melahirkan golongan masyarakat baru di Gemeente Probolinggo yang disebut dengan priyayi baru.
Kata Kunci: Pendidikan Kolonial, Gemeente Probolinggo, Mobilitas Sosial.
Education and society, both are related to each other, and alongside the development of educations can affect the dynamism of society life. In Ethical Politics programme, Gemeente Probolinggo take part as for building western elementary and advance schools for colonial education purpose that the Goverment of Hollands-Indie want so they could get educated labor at low prices. Behind all the purposes that the Goverment of Hollands-Indie hoped for, in its empirical condition, those purposes bring up another substance in Gemeente Probolinggo society and that is the education has created a social mobility in Gemeente Probolinggo society.
The formulation of the problem which is the basis of research in this study is about how the development of colonial education and the education mapping in Gemeente Probolinggo at 1918-1942, and about the relation between social mobility of Gemeente Probolinggo society and colonial educations that the government of Hollands-Indie held. This study used a historical research’s methods that consisting four phases, first process is heuristic, is the collection of sources obtained from the East Java Regional Library and Archive Service, the Probolinggo Library and Archives Service, the University of state Surabaya Library, etc. The second process is the criticism of the source of the test and verification of sources acquired. The third process is interpretation, as for interpreting the data that has been obtained and has been verified. The last process is historiography, which is writing the results of historical research in chronological and analytical order.
The result obtained indicate that the development of education in Gemeente Probolinggo has increased based on statistics on the number of students in the colonial education facilities that had been provided, accounting for an increase of up to 16% or about 18.335 students in all primary schools both indegeneous and western schools in 1932 compared to the student population in 1930 with a total of 13.864 students, and by the increase in the number, there is possibility that in Gemeente Probolinggo there is social mobility through education as the medium. In this case the category is sponsor social mobility in vertical social mobility of society type (Turner theory), which the title of nobility is not only obtained based on lineage, but alse changed based on education graduates or jobs owned also their position in their job. The development on education is used by people with middle to lower social strata to be able to take education, become educated graduates, then could serve in goverment circles or work and has position in private companies. Therefore, the provision of colonial education has given birth to a new group of people in Gemeente Probolinggo whose called the new priyayi.
Keywords: Colonial Education, Gemeente Probolinggo, Social Mobility.