Teachers’ and Students’ Perception on Gender Inequality in the English Worksheet for Junior High School
Ketidaksetaraan gender sudah diperkenalkan kepada anak-anak di rumah dan masih diperkuat melalui kurikulum sekolah, terutamanya LKS. Oleh karena itu, peran sentral yang dimainkan oleh guru dan siswa dalam menggunakan LKS yang memuat ketidaksetaraan gender dalam pendidikan anak di Indonesia perlu disoroti dalam beberapa penelitian. Studi ini mengkaji bagaimana LKS-Bahasa Inggris (Lembar Kerja Siswa) mendefinisikan perempuan dan laki-laki dalam teks dan ilustrasi. LKS-Bahasa Inggris yang digunakan secara umum di Sekolah Menengah Pertama menekankan stereotip gender yang identik dengan masyarakat Indonesia berkaitan pemberian ekspektasi kepada siswa. Oleh karena itu, penelitian ini juga mengungkap persepsi guru tentang gender dalam lembar kerja bahasa Inggris dan mengeksplorasi persepsi siswa tentang ketidaksetaraan gender terhadap harapan dan prestasi siswa. Studi ini juga memberikan peran guru dalam mengatasi masalah ketidaksetaraan gender yang berkaitan dengan harapan dan impian siswa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan data yang diperoleh dari LKS-Bahasa Inggris siswa kelas 7 dan 9. Sementara itu, teknik content analysis digunakan untuk memperoleh data tentang bagaimana perempuan dan laki-laki digambarkan dalam teks dan ilustrasi, terutamanya mengenai omission, pekerjaan, konstruksi generik maskulin, dan kata sifat. Jika ada beberapa presentasi angka, hal ini bertujuan untuk memetakan representasi gender dalam lembar kerja. Kemudian, wawancara terhadap dua orang guru dan empat orang siswa dilaksanakan untuk mengetahui lebih dalam tentang persepsi guru dan siswa dalam menghadapi teks bias gender selama pembelajaran dan tanggapan siswa terhadap penjelasan guru tentang kesetaraan gender dalam penanaman harapan siswa untuk berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari demi menggapai impian. Studi ini juga mengamati aktivitas di kelas untuk mendapatkan data tentang interaksi guru dan siswa menggunakan lembar kerja bahasa Inggris dalam mempromosikan kesetaraan gender. Selain itu, penelitian ini juga mengandalkan Analisis Wacana Kritis (CDA) yang hanya menganalisis teks tertulis dan kata-kata lisan untuk mengungkap bagaimana ketidakseimbangan masyarakat (kekuasaan, dominasi, ketimpangan, dan bias) diciptakan dan dipertahankan.
Studi ini mengungkap bahwa visibilitas perempuan dan laki-laki dalam teks linguistik dan ilustrasi LKS-Bahasa Inggris kelas tujuh dan sembilan memperkuat representasi asimetri gender. Terutamanya perempuan dan laki-laki digambarkan sebagai stereotip dan budaya yang mengarah keyakinan patriarkal terhadap gender. Meskipun ada jumlah frekuensi kemunculan, pekerjaan, dan kata sifat perempuan dalam dialog dan cerita lebih besar daripada laki-laki, tetapi mereka ditampilkan sebagai stereotip gender budaya Indonesia, seperti perempuan ditampilkan dalam peran rumah tangga, penggambaran kemampuan rumah tangga, dan penggambaran keadaan emosional. Selain itu, pembelajaran dua guru telah diobservasi dalam menggunakan LKS-Bahasa Inggris, beserta wawancara lanjutan. Temuan menunjukkan bahwa kedua guru berhasil dalam menggunakan teks sebagai cara untuk mengembangkan perilaku dan kritis siswa. Mereka berhasil mempromosikan inklusivitas gender terhadap harapan siswa. Mereka percaya bahwa guru memainkan peran penting dalam memotivasi dan membangun prinsip-prinsip siswa untuk bebas dari stereotip-gender di lingkungannya. Selain itu, dua siswa perempuan dan dua laki-laki telah diwawancarai. Temuan mengungkapkan bahwa siswa secara bertahap diserap oleh pemikiran dan harapan baru tentang berperilaku dan menggapai impian, terlepas dari bias gender, untuk kehidupan yang bertanggung jawab dalam masyarakat bebas, dalam semangat pemahaman, perdamaian, toleransi, dan kesetaraan gender.
Gender inequality has been introduced to children at home and is still being reinforced through the school curriculum, especially worksheets. As a result, the central role played by teachers and students who used biased worksheets in children's education in Indonesia needs to be highlighted in several studies. This study examined how the LKS-English (Lembar Kerja Siswa) was presented to females and males in texts and illustrations. LKS-English was used in junior high schools, emphasizing gender stereotypes common and inherent in Indonesian society to provide students with expectations. So, this study also revealed the teachers’ perceptions of gender in the English worksheet and explored the students’ perception of gender inequality towards the students’ hope and achievement. This study also provides the teachers' role in coping with the problems of gender inequality in the students’ hopes and dreams.
This study utilized a qualitative approach to describe data obtained from the LKS-English of 7th and 9th graders. Meanwhile, the content analysis technique was employed to obtain data on how females and males were presented in the texts and illustrations regarding omissions, occupations, masculine generic construction, and adjectives. Although later there were several number presentations, this aimed to map out the gender representation in the worksheets. Therefore, the interview with two teachers and four students was implemented to gain deeper insight into teachers' and students’ perceptions in dealing with the text during the lesson and students’ responses toward the teacher’s explanation of gender equality which embedded their expectations in thinking and acting in achieving goals. This study also observed the activity in the classroom to obtain data on teachers' and students’ interactions using the English worksheet to promote gender equality. Furthermore, this study also relied on critical discourse analysis (CDA) that only analyzed written texts and spoken words to expose how societal imbalances (power, dominance, inequality, and bias) were created and maintained.
The study revealed that females' and males' visibility in the linguistic text and illustration of the LKS-English of seventh and ninth strengthen the representations of gender asymmetry. Primarily females and males were described as stereotypes and cultural gender patriarchal beliefs in the worksheet. Even though there were female omissions, occupations, and adjectives in dialog and stories greater than males, they were presented as Indonesian cultural gender stereotypes. Such as females doing household chores, in domestic roles, depictions of domestic abilities, and portrayals of their emotional state. Besides, the lesson of two teachers has been observed in using the LKS-English, along with follow-up interviews. The findings showed that both teachers successfully used text to develop the students’ behaviourally and critically. They succeeded in promoting gender inclusivity towards student expectations. They believe that teachers play an essential role in motivating and building students’ principles to be free from gender stereotypes in their environment. In addition, two female and two male students were interviewed. The findings revealed that students were gradually absorbed by new thoughts and expectations about behaving and achieving their goals, regardless of gender bias, for responsible life in a free society, in the spirit of understanding, peace, tolerance, and equality of the sexes.