DIALEKTIKA DESCHOOLING DAN RESCHOOLING (FENOMENOLOGI PRAKTIK PEMBELAJARAN MAHASISWA SOSIOLOGI DI PERGURUAN TINGGI SURABAYA)

DIALECTICS OF DESCHOOLING AND RESCHOOLING (PHENOMENOLOGY OF SOCIOLOGY STUDENT LEARNING PRACTICES IN SURABAYA HIGHER EDUCATION)

Penelitian ini menginvestigasi praktik deschooling dengan menggunakan metode fenomenologi Schutzian. Tujuannya untuk mendalami pengalaman mahasiswa sosiologi di perguruan tinggi Surabaya dalam menjalakan pembelajaran di luar kelas, serta bagaimana pengalaman tersebut membentuk pemahaman mereka tentang pendidikan. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap delapan mahasiswa dan tiga akademisi sosiologi pendidikan, serta observasi pasif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik deschooling, memiliki dampak yang signifikan terhadap pengalaman belajar mahasiswa sosiologi. Data yang diperoleh mengungkapkan bahwa praktik deschholing mahasiswa, teraplikasi dalam praktik reschooling. Dalam temuan ini modal budaya dan modal sosial mempengaruhi preferensi mereka terhadap jenis praktik reschooling, yakni personal reschooling dan komunal reschooling. Temuan ini selaras dengan teori praktik Pierre Bourdieu, yakni ketika modal budaya dan modal sosial diidentifikasi sebagai faktor yang memengaruhi interaksi sosial dan pengalaman belajar mahasiswa. Modal budaya mencakup pengetahuan, keterampilan, dan disposisi yang diperoleh melalui proses sosialisasi dan pendidikan. Sementara itu, modal sosial mengacu pada jaringan sosial, hubungan, dan koneksi yang dimiliki oleh individu. Mahasiswa yang memiliki modal budaya dan modal sosial yang lebih besar cenderung lebih terdorong untuk terlibat dalam praktik reschooling. Lantaran mereka memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber daya dan peluang pembelajaran di luar lingkungan kelas formal. Implikasi praktis dari penelitian ini adalah perlunya pendekatan pendidikan yang lebih fleksibel dan holistik. Selain itu, penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam memperkaya pemahaman tentang bagaimana praktik deschooling dapat membentuk pengalaman belajar mahasiswa sosiologi di perguruan tinggi Surabaya, serta implikasinya terhadap pengembangan kurikulum dan metode pengajaran yang lebih adaptif.

This research investigates the practice of deschooling utilizing Schutzian phenomenological methodology. The objective is to explore the experiences of sociology students at universities in Surabaya in conducting learning outside teh classroom, and how these experiences shape their understanding of education. Data were collected throught in-depth interviews with eight students and three academics in the field of sociology education, as well as passive observation. The results indicate that deschooling practices have a significant impact on the learning experiences of sociology students. The data obtained reveal that students’ deschooling practices are manifested in rechooling practices. In this finding, cultural capital and social capital influence their preferences for types of reschooling practices, namely personal reschooling and communal reschooling. This finding aligns with Pierre Bourdieu's theory of practice, wherein cultural capital and social capital are identified as factors influencing students' social interactions and learning experiences. Cultural capital encompasses knowledge, skills, and dispositions acquired through socialization and education processes. Meanwhile, social capital refers to social networks, relationships, and connections possessed by individuals. Students with greater cultural and social capital tend to be more motivated to engage in reschooling practices, as they have better access to resources and learning opportunities outside the formal classroom environment. The practical implication of this research is the need for a more flexible and holistic approach to education. Furthermore, this study makes a significant contribution to enriching the understanding of how deschooling practices can shape the learning experiences of sociology students in Surabaya's universities, as well as its implications for the development of more adaptive curricula and teaching methods.