RESISTANCE AGAINST WOMEN'S TRAFFICKING PORTRAYED IN THE FILM GANGUBAI KATHIAWADI (2022)
Perdagangan perempuan masih menjadi isu global yang memprihatinkan, diperburuk oleh pengaruh sejarah kolonial, struktur patriarki, dan perlindungan hukum yang tidak memadai, seperti yang digambarkan dengan jelas dalam film India Gangubai Kathiawadi (2022) oleh Sanjay Leela Bhansali. Penelitian ini menganalisis penggambaran perdagangan perempuan dan status subaltern dari karakter utama, Gangubai, yang dijual ke dalam prostitusi oleh kekasihnya dan kemudian muncul sebagai pemimpin melalui perlawanannya. Dengan menggunakan teori subaltern feminis pascakolonial dari Spivak, penelitian ini mengungkap bagaimana pengalaman Gangubai mencerminkan perjuangan sosial dan pengorbanan yang lebih luas yang dihadapi oleh perempuan yang diperdagangkan. Analisis terhadap elemen naratif dan visual dari film ini menunjukkan posisi Gangubai yang terpinggirkan dan perjalanannya untuk mendapatkan kembali suara dan agensinya, menyoroti transformasinya dari korban menjadi pemimpin dalam sistem yang menindas.
Women's Trafficking in women remains a global issue of concern, exacerbated by the influence of colonial history, patriarchal structures, and inadequate legal protections, as vividly depicted in the Indian film Gangubai Kathiawadi (2022) by Sanjay Leela Bhansali. This research aims to portray women’s trafficking and the subaltern status of the main character, Gangubai, who is sold into prostitution by her lover and later emerges as a leader through her resistance. Using Spivak's postcolonial feminist subaltern theory, the research reveals how Gangubai's experiences reflect the broader social struggles and sacrifices faced by trafficked women. Analysis of the narrative and visual elements of the film demonstrates Gangubai's marginalized position and her journey to regain her voice and agency, highlighting her transformation from victim to leader within an oppressive system.