Simulakra dan Hiperrealitas dalam film Vivarium (2019) karya Lorcan Finnegan
Simulacra and Hyperreality in Lorcan Finnegan's Vivarium (2019)
Studi ini menyelidiki narasi sinematik dari "Vivarium" (2019), disutradarai oleh Lorcan Finnegan, dengan menggunakan kerangka teoritis Jean Baudrillard tentang simulakra dan simulasi. "Vivarium" adalah film fiksi ilmiah distopia yang menganyam komentar sosial ke dalam narasinya secara kompleks. Tujuan utamanya adalah untuk mengungkapkan penggambaran simulacra dan hiperrealitas dalam film tersebut. Studi menemukan tiga tingkat simulacra, yang secara efektif mengubah perumahan Yonder menjadi realitas simulasi. Simulakra tingkat pertama digambarkan melalui kemiripan yang aneh antara dunia 'nyata' dan perumahan Yonder beserta lingkungannya. Simulakra tingkat kedua, menurut Jean Baudrillard, berkaitan dengan situasi di mana versi yang disimulasikan atau disalin menjadi lebih berpengaruh daripada yang asli. Hal ini terlihat dalam film di mana para protagonis terbiasa dengan makanannya dan pertumbuhan anak misterius. Simulakra tingkat tiga adalah bentuk simulakra akhir di mana yang disimulasikan menjadi lebih hiperreal, terpisah, dan terlepas dari realitas yang konkret. Dalam film, simulacra tingkat tiga ditunjukkan di mana para protagonis menyadari simulasi itu sendiri dan anak itu. Selain itu, penelitian mengidentifikasi peran orang tua sebagai manifestasi signifikan dari hiperrealitas dalam karakter, menambah lapisan yang rumit dalam pemahaman kompleksitas tema film.
This study investigated the cinematic narrative of "Vivarium" (2019), directed by Lorcan Finnegan, employing Jean Baudrillard's theoretical framework of simulacra and simulation. “Vivarium” is a dystopian science fiction film that intricately weaves social commentary into its narrative. The primary objective is to disclose the depiction of simulacra and hyperreality within the film. The findings discovered a three-orders of simulacra, effectively transforming the Yonder estate into a simulated reality. The first-order of simulacra depicted through the uncanny similarities between the ‘real’ world and “Yonder” housing and its surroundings. Second-order simulacra, according to Jean Baudrillard, deal with a situation where the simulated or copied version becomes more influential than the original. It is shown in the film where the protagonists are used to its food and the growth of the mysterious child. Three-order of simulacra is the final form of simulacra where the simulated becomes even more hyperreal, detached, and divorced from any tangible reality. In the film, third-order simulacra shown where the protagonists are aware of the simulated itself and the child, although its’ physical body resemble a human child, it is exclusively a different species. Furthermore, the research identified parenthood as a significant manifestation of hyperreality within the characters, adding a nuanced layer to the understanding of the film’s thematic complexity.