Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami kondisi psychological well-being pada pasangan difabel. Riset ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subjek pada penelitian ini merupakan pasangan suami istri penyandang tuna netra dan tuna daksa. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur dan observasi. Penelitian ini menghasilkan enam temuan, yakni: pertama, subjek menerima dan bersyukur atas kerterbatasan fisik sehingga dapat percaya diri. Kedua, subjek mampu menjalin relasi positif dengan menunjukkan rasa empati dan kasih sayang kepada orang lain. Hubungan positif dilakukan pada pasangan dengan saling menerima, memahami dan melengkapi satu sama lain. Ketiga, subjek mampu bertindak mandiri dalam menyelesaikan masalah maupun dalam menghadapi tekanan sosial. Keempat, mereka mudah beradaptasi sehingga mereka dapat berpartisipasi di lingkungannya. Kelima, kedua subjek berusaha keras untuk mewujudkan tujuan hidup. Keenam, pengembangan diri juga dilakukan oleh kedua subjek yakni mengembangkan keterampilan elektronik dan merajut. Budaya orang Madura seperti tradisi perkawinan pola residensi matrilokal, pola tempat tinggal taneyan lanjheng dan karakteristik orang Madura yang ramah, mandiri serta pekerja keras menjadi pendukung dalam tercapainya psychological well-being pada subjek.
Kata kunci: Psychological well-being, pasangan suami-istri, tuna netra, tuna daksa, budaya Madura.
This research examines the psychological well-being of a couple with disability. Employing a qualitative case-study method on a couple who suffer from blindness and physical disability, this study uses semi-structure interviews and observation to collect data. Analysis of the interview data reveals six findings. First, subjects accept their life as it is and remain grateful for what they have. This self-acceptance enables the subjects of this research to attain self-confidence. Second, subjects are capable of developing positive relations with others. They accept, understand, and complete one another. Third, they are independent problem-solvers capable of dealing with social pressures. Fourth, they participate comfortably in social events in their neighborhood. Fifth, both subjects work hard to achieve their life goals. Sixth, subjects care about and work toward their personal development, by cultivating their skills in electronics and knitting. Along with Madurese cultures such as matrilocal residence and “taneyan lanjheng” dwelling system, their positive personal traits such as friendly, independent and hard-working are crucial aspects that help them to achieve psychological well-being.
Keywords: Psychological well-being, couple, blindness, physical disability, Madurase culture