KAPITAYAN TRADHISI NYADRAN SAJRONE PESAREYAN NYI RORO KEMBANG SORE ING GUNUNG GIRI BOLO DESA BOLOREJO KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN TULUNGAGUNG
(Tintingan Folklor Setengah Lisan)
TRADITIONAL BELIEFS OF THE DENTAL IN THE TOMB NYI RORO KEMBANG SORE AT MOUNT GIRI BOLO BOLOREJO VILLAGE, KAUMAN SUBDISTRICT, TULUNGAGUNG REGENCY
(Half Oral Folklore Theory)
Tradisi nyadran pada Makam Nyi Roro Kembang Sore termasuk folklor setengah lisan yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Desa Bolorejo, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung. Tradisi nyadran pada Makam Nyi Roro Kembang Sore dilaksanakan untuk mengucapkan rasa syukur kepada Gusti Allah Yang Maha Kuasa dan untuk menghormati Nyi Roro Kembang Sore sebagai sesepuh dari Kabupaten Tulungagung. Rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimana awal mula, urutan acara, ubarampe dan maknanya, fungsinya, kepercayaan masyarakat dan bagaimana upaya pelestariannya. Penelitia ini menggunakan teori folklor setengah lisan yaitu kajian ilmu yang membahas bagian tradisi dari James Danandjaja.
Hasil dari penelitian tradisi nyadran pada Makam Nyi Roro Kembang Sore menghasilkan makna yang terkandung yang berkaitan dalam kebudayaan. Nyi Roro Kembang Sore adalah putri dari Kadipaten Betak yang mempunyai sifat senang menolong sehingga banyak orang yang menyukai. Maka dari itu sekarang banyak yang melakukan tradisi nyadran pada Makam Nyi Roro Kembang Sore dengan harapan dengan cara lantaran mendapatkan pertolongan pada doa yang dipanjatkan. Proses ketika melakukan tradisi nyadran pada Makam Nyi Roro Kembang Sore diawali dari masak dan menyiapkan ubarampe, menaburkan bunga, membakar menyan, mengeluarkan ubarampe pribadi, ujuban, membagikan ubarampe kenduri. Ubarampenya yaitu bunga telon sepasang, menyan, nasi gurih, ingkung ayam Jawa, sambel goreng, mie, srondeng dan ubarampe pribadi. Tradisi nyadran pada Makam Nyi Roro Kembang Sore mempunyai fungsi yang bermanfaat untuk kehidupan, juga untuk kepercayaan-kepercayaan yang dipercaya masyarakat Desa Bolorejo seperti bisa dilancarkan keinginanya. Maka harus ada upaya pelestarian yang digunakan untuk mengembangkan tradisi nyadran pada Makam Nyi Roro Kembang Sore supaya tidak hilang termakan oleh perkembangan jaman.
Kata Kunci: Folklor Setengah Lisan, Tradhisi Nyadran, Kepercayaan, Nyi Roro Kembang Sore
Nyadran tradition at the Tomb of Nyi Roro Kembang Sore includes half-oral folklore that is still often done by the people of Bolorejo Village, Kauman Subdistrict, Tulungagung Regency. Nyadran tradition at the Tomb of Nyi Roro Kembang Sore was held to express gratitude to Gusti Allah the Almighty and to honor Nyi Roro Kembang Sore as an elder from Tulungagung Regency. The formulation of the problem of this study is how the beginning, sequence of events, ubarampe and its meaning, function, community trust and how conservation efforts. This research uses the theory of half-oral folklore is the study of science that discusses the tradition of James Danandjaja.
The results of research on the Nyadran tradition of Nyi Roro Kembang Sore Tomb produce the meaning contained in the culture. Nyi Roro Kembang Sore is the daughter of the Duchy of Betak who has a nature happy to help so many people who like. Therefore, now many are doing the tradition of nyadran at the Tomb of Nyi Roro Kembang Sore in the hope of getting help because of the prayers offered. The process when doing nyadran tradition on Nyi Roro Kembang Sore grave starts from cooking and preparing ubarampe, sprinkling flowers, burning incense, issuing personal ubarampe, ujuban, distributing ubarampe feast. Ubarampe which is a pair of telon flowers, incense, savory rice, Javanese chicken ingkung, fried chili sauce, noodles, srondeng and personal ubarampe. Nyadran tradition on the Tomb of Nyi Roro Kembang Sore has a useful function for life, as well as for the beliefs that are trusted by the people of Bolorejo village as they can be launched. So there must be preservation efforts used to develop the tradition of nyadran at the Tomb of Nyi Roro Kembang Sore so that it is not lost inedible by the development of the Times.
Key Words: Half Oral Folklore, Nyadran Tradition, Beliefs, Nyi Roro Kembang Sore