Dari Pendidikan Kolonial hingga Nasionalisme: Sebuah Kajian tentang Lahirnya Gagasan Kebangsaan dalam Tetralogi Buru oleh Pramoedya A. Toer
From Colonial Education to Nationalism: A Study on the Birth of the Nationalistic Idea in Pramoedya A. Toer's Buru Tetralogy
Nasionalisme, yang secara konvensional dianggap sebagai produk dari pendidikan kolonial, perlu dieksplorasi secara lebih mendalam agar dapat dipahami asal- usulnya. Disertasi ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara pendidikan kolonial dan munculnya sentimen nasionalis di kalangan partisipannya. Berlawanan dengan pandangan umum, penelitian ini berpendapat bahwa pendidikan kolonial bertindak sebagai katalis dengan memperkenalkan konsep modernitas Barat. Aspek kritisnya terletak pada pemahaman bagaimana modernitas ini secara aktif diperdebatkan oleh para muridnya, terutama karena pengalaman belajar di luar sekolah formal melalui interaksi bermakna dengan orang lain.
Menggunakan Buru Quartet karya Pramoedya A. Toer sebagai sumber utama, penelitian ini berfokus pada evolusi karakter Minke, memperlakukannya sebagai metonimi dari kebangkitan Indonesia. Disertasi ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan yang ada dengan menunjukkan bahwa pendidikan kolonial, meskipun tidak secara eksplisit mengajarkan nasionalisme, membentuk dasar untuk pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Elemen-elemen dasar ini, pada gilirannya, berkontribusi pada pengembangan agensi dan subjektivitas pada individu seperti Minke.
Temuan menunjukkan bahwa pendidikan kolonial hanya merupakan satu aspek dalam memicu sentimen nasional. Ini berfungsi sebagai pendahulu, menyediakan dasar yang esensial untuk tindakan masa depan Minke. Minke, yang dipengaruhi oleh pendidikan kolonial dan pengalaman di luar sekolah, mengidentifikasi dirinya dengan masyarakat yang terjajah. Pemberdayaannya terhadap massa yang terjajah melalui organisasi modern dan media massa mencerminkan bagaimana pendidikan di luar sistem formal melengkapi dan membentuk agensinya serta subjektivitasnya.
Kontribusi yang diharapkan dari disertasi ini adalah perspektif baru dalam wacana tentang pendidikan kolonial dan nasionalisme, dengan menggunakan narasi menarik dari Buru Quartet karya Pramoedya A. Toer untuk menunjukkan bagaimana individu menavigasi identitas dan kesetiaan mereka dalam lanskap sosio-pendidikan yang kompleks di Indonesia kolonial.
Kata kunci: nasionalisme, pendidikan kolonial, pendidikan nonformal, identitas, subjektivitas-agensi, modernitas.
Nationalism, conventionally perceived as a byproduct of colonial education, necessitates a more nuanced exploration to comprehend the intricacies of its origins. This dissertation seeks to elucidate the relationship between colonial education and the instigation of nationalist sentiments among its participants. Contrary to prevailing perspectives, the study contends that colonial education acts as a catalyst by introducing the concept of Western modernity. The critical aspect lies in understanding how this modernity is actively contested by students, given their education beyond formal schooling through meaningful interactions with others.
Using Pramoedya A. Toer's Buru Quartet as a primary source, the research focuses on the evolution of the character Minke, treating him as a metonymy of Indonesian awakening. The dissertation aims to bridge the existing gap by demonstrating that colonial education, while not explicitly teaching nationalism, lays the groundwork for knowledge, skills, and attitudes. These foundational elements, in turn, contribute to the cultivation of agency and subjectivity in individuals like Minke.
The findings reveal that colonial education is just one facet in instigating national sentiments. It serves as a precursor, providing the essential foundation for Minke's future actions. Minke, influenced by both colonial education and extracurricular experiences, aligns himself with the colonized people. His empowerment of the colonized masses through modern organizational methods and mass media exemplifies how education outside the formal system complements and shapes his agency and subjectivity.
What this dissertation aims to contribute is a fresh perspective to the discourse on colonial education and nationalism, using the captivating narrative of Pramoedya
A. Toer's Buru Quartet to exemplify how individuals navigate their identity and allegiance in the complex socio-educational landscape of colonial Indonesia.
Keywords: nationalism, colonial education, nonformal education, identity, subjectivity-agency, modernity.