KOMUNIKASI TERAPEUTIK KONSELOR DALAM PENYEMBUHAN TRAUMATIK ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL INSES DI KABUPATEN MADIUN

Sejak tahun 2018, Catatan Tahunan yang dikeluarkan oleh Komnas Perempuan menunjukan kecenderungan pelaku utama kekerasan seksual inses di Indonesia adalah ayah kandung di setiap tahunnya. Belum adanya dasar hukum untuk inses di Indonesia membuat penanganan terapeutik trauma menjadi pengupayaan utama untuk para korban. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimanakah proses pelaksanaan terapeutik konselor dalam menyembuhkan trauma anak korban kekerasan seksual inses dari perspektif komunikasi. Adapun penelitian ini berlokasi di PPPA Kabupaten Madiun menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara terstruktur terhadap 4 narasumber dengan rincian 2 konselor dan 2 pekerja sosial yang ditentukan melalui teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini ialah konselor memiliki 4 tahapan komunikasi terapeutik yakni assesment, observasi, kinerja dan terminasi.

Every year, the biological father is the most incest perpetrator in Indonesia, according Catatan Tahunan which released Komnas Perempuan in 2018. Indonesia still lacks incest regulation, making therapeutic is essensial. This is located at PPPA Kabupaten Madiun and employs the case study method with a descriptive qualitative approach. The data was gathered through observation and structured interviews with for people, with the identities of two counselors and twosocial workers determined through a purposive sampling technique. The findings show that counselors go through four stage of therapeutic communication : assesment, observation, performance, and termination.